Kasus Kangker di Wonogiri Tinggi
![]() |
Ilustrasi |
Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Wonogiri Supriyo Heryanto mengatatakan angka kasus penderita kangker terbilang tinggi. Rata-rata penderita telah memasuki stadium lanjut saat menjalani pertolongan medis.
“Rata-rata baru di ketahui ketika sudah stadium tiga,” ujarnya, Jum’at (30/1/2015).
Pihaknya mencatat kasus penyakit kangker terbilang meningkat. Pada tahun 2014 setidaknya tercatat angka penderita kangker payudara sebanyak 206, 14 orang diantaranya dinyatakan meninggal. Sedang jumlah kasus penderita kangker servik di tahun tersebut sebanyak 85, 5 diantaranya dinyatakan meninggal.
Sementara di tahun 2103 kangker patudara hanya 64 kasus dan tidak ada yang meninggal dunia. Sementara kasus jenis kangker Cervik sebanyak 34 pasien, 3 diantaranya dinyatakan meninggal.
Menurut Priyo melonjaknya angka penyakit kangker dengan jumlahh kasus meninggal dunia meningkat dipengaruhi oleh beberapa faktor Faktor yang paling berpengaruh menurutnya, para penderita tidak melakukan deteksi dini. Sebab rata rata kasus, penderita telah memasuki stadium tiga saat menjalani pengobatan.
“Kalau dideteksi lebih dini tentu dapat segera di beri pertolongan medis. Sayangnya saat berobat sudah masuk stadium tiga,” ujarnya
Priyo menambahkan, kangker bukan disebabkan virus melainkan merupakan benda asing yang bersarang dalam tubuh danterus mengalami pembesaran. Katanya, sel kangker berkembang lebih cepat dari sel biasanya. Penderita kangker biasanya telah memiliki bibit kangker dalam tubuhnya. Tingginya resiko terkena kangker, menurutnya juga dipengaruhi faktor makanan makanan pengawet dan mengandung zat warna yang tidak aman bagi tubuh manusia.
“U ntuk kangker MAMAE (Payudara) itu bisa dilakukan deteksi dini secara sendiri. Kalau lewat laboratorium bisa dengan Papsemear dan IVA, tapi dengan belum ada,” ujarya
Katanya rumah sakit di wonogiri belum mapu menangani pengobatan untuk penderita, kangker biasanya rujuk ke rumah sakit yang lebih besar, semisal RSUD Dr. Moewardi. Selain itu, belum adanya komunitas penderita kangker juga menjadi faktor yang berpengaruh dalam menekan angka kematian terhadap kangker.
“Belum ada komunitas, kalau ada tentunya sosialisasi terkait penyakit ini bisa lebih intensif, dan pendeteksian dini cuga lebih cepat. Penderita tentunya juga memiliki semangat hidup yang tinggi kalau ada komunitas,”katanya.
Saat ditunjukan kondisi fifik Musiyem, warga kismantoro yang menderita kangker, Priyo mengatakan tidak dapat memastikan jenis kangker yang di derita. Namun jika melihat dari penampakan fisik, kangker yang di derita bukan kangker cervik. “untuk mengetahui harus dengan uji laboratorium. Tapi kalau lihat massa kangkernya yang sebesar itu, bukan kangker cervik,” katanya. (Red-HS99/Arif).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar