Gerhana Matahari di Solo, Warga Sampai Lupa Selfie

Solo, Harian Solo - Matahari begitu hangat menyapa Kota Bengawan pukul 06.00 WIB,  Rabu (9/3/2016). Kemarin seolah menjadi hari yang sangat berbeda. Paparan matahari meredup sekitar pukul 07.20 WIB. Ratusan pasang mata berbalut kacamatan berbahan filter solar di Observatorium seolah ingin menjadi saksi puncak gerhana matahari. Bahkan ada pula yang rela datang sehari sebelumnya agar tak ketinggalan momen langka itu.

Tak seperti hari hari biasanya, Observatorium Pondok Pesantren Modern Assalam yang berada di puncak tertinggi pondok tersebut ramai. Lembar demi lembar buku tamu terisi penuh  nama pengunjung, lengkap dengan nama dan nomor telponnya. Masifnya informasi pantauan gerhana matahari ternyata menyebar hingga pelosok desa, bahkan hingga wilayah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Miftahul Huda (26) warga dusun Kedungrejo rt 2/rw 5 Desa Selomarto, Kecamatan Giriwoyo, tak mau ketinggalan momen langka dengan siklus ratusan tahun itu. Ia mengaku rela memacu sepeda motor senirian menuju Ponpes Assalam sehari sebelum Gerhana Matahari berlangsung, Selasa sore (8/3/2016) pukul 15.00 WIB. Ia pun mengaku sampai harus bermalam dirumah teman.

“Kan momen langka mas, jadi ya pengen lihat langsung. Kalau berangat rabu pagi ya pasti gerhananya sudah selesai, jadi saya berangkat kemarin sore,” ujar dia, Rabu (9/3/2016).

Huda menilai Gerhana matahhari sebagai bukti kekuasaan Allah yang menciptakan alam semesta dengan keteraturan. Kalimat tasbih sempat terucap dari lisannya lantaran takjub.  Saking takjubnya, Huda mengaku tak sempat mengabadikan momen langka itu dalam sebuah foto. “Wah iya tadi nggak sempat foto, Cuma lihat saja,” im buhnya
Perjuangan demi menjadi saksi gerhana matahari yang menyapa kota Solo dan sekitarnya juga ungkapkan Afifatul Jannah (21) mahasiswa Universitas Negeri Semarang adis yang akrab disapa Fifa itu juga rela menuju Solo Selasa siang (8/3/2016) sekitar pukul 14.00 WIB.

“Kalau dari Semarang gak bakal bisa lihat, jadi berangkat kemarin biar gak ketinggalan,” ujar mahasiswi jurusan Ilmu Pendidikan Sosial yang masih duduk dibangu semester dua itu.

Fifa  mengaku sempat mengabadikan momen berharga itu untuk berfoto selfi dengan latar matahari yang telah berbentuk sabit bersama Dawimah Nur Hayati (21), teman sekolahhnya dulu yang kini kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta. “udah tadi udah selfi-selfi, tapi gak sampe ratusan kok, memori hp nya nggak muat,”ujarnya

Pemantauan gerhana matahari di observatorium Ponpes Assalam juga menjadi momen wisata bagi keluarga Wahyu dan Fitri. Warga Gumpang , Kartasura itu datang mengajak buah hati mereka. Momen gernaha matahari menjadi momen berharga bagi mereka. “Ibu saya bilang dulu waktu gerhana matahari tahun saya masih dalam kandungan. Jaman dulu orang gak boleh keluar dari rumah, bahaya katanya. Sekarang saya bisa lihat langsung sama anak dan istri,”ujarnya. (Red-HS99/Arief).

Gerhana Matahari Jadi Wisata Sains dan Religi
Hariansolo.com - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menngungkapkan pemantauan gerhana matahari di observatorium apat menjadi bukti bangkitnya kesadaran masyarakat akan ilmu pengetahuan. Menurut Ganjar, dahulu masyarakat dibuat bodoh dengan ditakut-takuti jika terjjadi fenomena gerhana. Beraham mitos dikabarkan pada masyarakat sehingga menjadi manusia yang penuh ketakutan. Salah satunya dengan menyebar mitos buto nguntal srengnge (raksasa jahat memakan matahari).

“Ini bukan buto nguntal srengenge, tapi fenomena sains yang perlu dijelaskan dengan ilmu pengetahuan,” katanya.

Ganjar juga mengkritik habis pemerintahan dahulu  yang dinilainya sengaja memenakut nauti masyarakat dengan berbagai mitos sehingga menjauhkan masyarakat untuk kritis terhadap fenomena alam. Bahkan Ganjar mengatakan akibat ari ketakutan yang sengaja disebarluaskan melalui berbagai mitos membuat masyarakat indonesia bermental terjajah.

“Pelit sekali pemerintah dulu itu memberikan ilmu pengetahuan. Takut itu mentak inlander,”katanya

Sementara itu M. Fahreza Ketua Panitia Pematauan Gerhana yang di selenggrakan oleh Club Astronomi Santri Assalam (CASA) mengatakan persiapan kegiatan pemantauan telah dilakuakn sejak sebulan lalu. Diawali dengan workshop dan seminar tentang gerhana matahari. Sebelumnya Casa juga merilis video yang disebar melalui youtube tentang preiksi gerhana matahhari dan tata cara sholat gerhana. Besarnya animo masyarakat diduga tidak lepas dari beredarnya video tersebut dan sosialisasi yang dilakukan melalui meia massa dan internet.

Menyikapi tingginya animo masyarakat untuk melihat proses terjadinya gerhana, Fahreza mengatakan CASA menyiapkan 9 teleskop dan 300 buah kacamata khusus yang dapat digunakan pengunjung dengan gratis untuk melihat proses terjadinya gerhana yang. Sebelumnya CASA juga telah menjual sebanyak 2000 buah kacamata. Selain menggelar pelantauan Ponpes Assalam juga menggelar sholat gerhana dimasjid Pondok Pesantrean Assalam.

“Kami bangga menjadi tuan rumah pemantauan gerhana matahari, mudah mudahan ini memberkan pelajaran bagi masyarakat yang selama ini menguhungkan gerhana engan mitos mitos,” katanya. (Red-HS99/Arief S).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar