Sedimentasi Waduk Gajah Mungkur Budaya Tanam Buruk
Ilustrasi |
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Wonogiri, Gatot Siswoyo mengatakan setidaknya ada delapan kecamatan yang masuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Keduang. Antara lain, Kecamatan Slogolimo, Jatiroto, Jatipurno, Girimarto, Sidoarjo, Ngadirojo dan Nguntoronadi. Sejumlah daerah tersebut berpotensi mengirim material yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di Waduk Gajah Mungkur.
Sebagai upaya menekan tingkat sedimentasi Waduk Gajah Mungkur pihaknya terus menggalakkan penanaman tanaman keras di DAS Keduang. Setiap tahun setidaknya pihaknya menggelontorkan 50 ribu batang. “Kebutuhannya itu pertahun seratus ribu batang bibit tanaman keras. Dengen penanaman itu bisa menekan angka sedimentasi di Waduk Gajah Mungkur, ujarnya, Kamis (5/3)
Joko Fajar Kiswanto mengatakan budaya tanam masyarakat di daerah aliran sungai juga buruk. Rata-rata masyarakat daerah aliran sungai tidak menanam tanaman keras, melainkan tanaman palawija sebagai sandaran pangan dan mata pencaharian. Setelah panen material tanah hanyut kesungai dan menyebabkan sedimentasi pada aliran sungai dan bermuara di Waduk Gajah Mungkur.
“Tapi kami tidak bisa memaksa mereka untuk menenem tanaman keras. Solusi yang diambil adalah cara tanam terpadu, ya menenam tanaman pangan juga menanam tanaman keras, sehingga bisa mempertahankan tanah,”ujarnya
Sementara itu bupati Wonogiri Danar Rahmanto sebagian besar masyarakat Wonogiri menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian, termasuk masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai. Cara tanam secara konsecara konservatif menurutnya perlu dihentikan. Jika ntidak maka sedimentasi pada Wduk Gajah Mungkur akan semakin parah.
“Sedimentasi waduk gajah mungkur semakin parah, cara kuratif tidak akan menyelesaikan persoalan. Budaya tanam masyarakat harus dibenahi dan kanan kiri waduk hharus di hijaukan,” ujarnya
Menurutnya bantaran sungai juga dapat ditanami tanaman keras yang berbuah sehingga memberi manfaat bagi masyarakat sekitar. Selain itu masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai harus beralih dari bertani tanaman palawija ke cara tanam holtikultur dan juga menanam empon-empon.
“Penanaman empon- empon dapat menjadi sumberpendapatan masyarakat. Kam Kami sudah menggandeng pihak ketiga dan sudah ada MOU (Memorandum of Understanding),” tandasnya. Arief Setiyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar